Paving Block Sampah Plastik, Eco Paving Block

paving block sampah plastik
Paving Block dari Sampah Plastik/liputan6.com
eco paving block
Eco Paving Block Citeurep Bogor /Media Indonesia

3. Mengubah Limbah Plastik Menjadi Paving Block [Media Indonesia]

Eko dari Citereup Bogor, berhasil merubah sampah plastik menjadi eco paving block. Bahanya terdiri dari bekasi minuman saset dan kantong plastik. Sebelum dilebur, plastik itu di cacah 3 x 3cm.

Inovasi paving block dibuat tiga pria, Angga nurdiansah, 30, Daman sutiawan, 23, dan Azis pusakantara, 32.

Read More

“Eco Pavings dilatarbelakangi keprihatinan kita terhadap sampah plastik” menurut Aziz

Bahan utama dalam pembuatan Eco Paving Block ini adalah kantong kresek. Karena keberadaan plastik ini hampir disemua tempat ada dan tidak menjadi sasaran pemulung.

Sementara paving block dipilih sebagai produk daur ulang mereka karena tidak kontak langsung dengan manusia dalam penggunaannya. Dengan begitu permasalahan higienitas dan dampak buruk pada kesehatan tidak akan muncul.

Untuk mewujudkan Eco Pavings, mereka melakukan riset dari 10 bulan yang lalu. Tidak kurang 14 kali uji coba campuran material dilakukan untuk mengetahui komposisi yang paling tepat.

Proses Pembuatan

Dimulai dari pencacahan plastik yang dilanjutkan dengan peleburan, hingga menjadi bubur. Proses pencampuran dengan material lain dilakukan setelah proses peleburan.

Angga menjelaskan salah satu tantangan adalah menjaga suhu panas untuk melumerkan plastik. “Ketika pemanasannya tidak pas, tentu ikatan polimernya menjadi tidak sempurna, atau dekomposisi,” ujarnya.

Rata-rata sampah plastik kresek berjenis HDPE (high density polyethylene) yang titik lumernya berada pada suhu 160-180 derajat Celsius.

Kekuatan Eco Pavings itu telah diuji melalui 3 parameter, yakni kekuatan tekan, tahan air, dan abrasi. Eco Pavings memiliki tekanan minimal 35 Mpa – 80 Mpa. Adapun abrasi plastik bisa bertahan hingga puluhan tahun tahun. Kekuatan Eco Pavings ini diklaim dua kali lipat dibanding paving block konvensional.

“Kami memodifikasi ini tidak cepat luruh. Kalau secara teori sih plastik itu terurai bisa sampai puluhan sampai ratusan tahun. Jadi kita pendekatan ilmu polimernya di situ,” tambah Angga.

Eco Pavings ternyata membutuhkan sampah plastik yang cukup besar. Setiap satu Eco ­Pavings membutuhkan sekitar 1/2 kg sampah kantong plastik. Jika dalam 1 meter persegi digunakan 40 Eco Pavings, produk tersebut telah menyingkirkan 20kg sampah plastik dari lingkungan.

Di sisi lain, produk ini masih lebih mahal daripada paving block konvensional. Jika harga paving block di pasaran bervariasi antara Rp80 ribu-Rp130 ribu, Eco Pavings berada pada kisaran Rp156 ribu-Rp160 ribu per meter.

“Memang hasil perhitungan kami, harga per meter persegi dari eco pavings yang kami produksi, lebih tinggi sekitar ­30%-35% dibandingkan dengan paving blok biasa,” tambah Aziz.

Kemudian jika memperhitungkan proses peleburan plastik, energi yang digunakan juga lebih besar daripada proses paving block konvensional. Kebanyakan paving block tidak membutuhkan proses pemanas­an dalam pembuatannya.

Meski masih memiliki beberapa kelemahan dibanding paving block biasa, tetapi bisa menjadi salah satu solusi pengurangan sampah plastik. Selain itu, Tim Eco ­Pavings berharap bisa ­merubah pola fikir masyarakat terhadap sampah plastik. “Salah satu poin pentingnya adalah merubah pola pikir. Artinya masyarakat sudah bisa memilah sampah organik dan anorganik,” terang Daman.

Sampah kresek yang sebelumnya sama sekali tidak dilirik, dijadikan punya harga. Mereka bekerja sama dengan warga kampung di Citeureup, untuk pengumpulan sampah. Dengan program sampah tukar sembako. Rp1.300-Rp1.500 untuk 1kg sampah kresek.

“Sampah tukar sembako. Jadi masyarakat mengumpulkan sampah. Kita bekerja sama dengan salah satu toko di desa tersebut. Nanti ditukarkan dengan sembako,” terang Daman. Pengumpulan sampah juga dilakukan melalui program sedekah sampah. Dan keuntungannya untuk kegiatan sosial. Berikutnya, mereka juga berencana untuk menjalin kerja sama dengan tempat pembuangan akhir (TPA).

“Setelah uji lapangan, kita akan melakukan produksi masal. Kami berharap produk Eco Pavings ini bisa diterima di masyarakat. Karena yang kami jual bukan semata-mata paving block. Di ­dalamnya terdapat nilai lingkungan dan nilai sosial. Jadi kami harap pasar bisa menerima produk kami,” pungkas Aziz.

Baca juga :  Jalanan Jadi Kanvas Seni 3 Dimensi

Related posts