Peluang Besar Bagi Industri Manufaktur Untuk Mengadopsi GenAI, Namun ?

Teknologi generative AI (GenAI) kian sering digunakan dalam bidang manufaktur, namun kebanyakan pemain industri diyakini masih belum total siap menyongsong perubahan signifikan tersebut.

Dikutip dari infokomputer.grid.id pada 8 Mei 2025. Fakta tersebut dijelaskan dalam laporan dari NTT DATA dengan judul “Feet on the Floor, Eyes on AI: Do you have a plan or a problem?” atau dalam bahasa Indonesia Kaki di Atas Lantai, Mata pada Kecerdasan Buatan: Apakah Anda Memiliki Rencana atau Masalah?”.

Read More

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa tantangan terkait infrastuktur, kurangnya keahlian pekerja, serta ketiadaan bingkai etika yang kuat menyebabkan banyak perusahaan di bidang manufaktur memiliki risiko untuk tertinggal, atau mungkin gagal total dalam penerapan GenAI.

Berdasarkan penelitian yang mencakup lebih dari 500 pemimpin industri manufaktur di 34 negara tersebut, sekitar 95% responden pada tingkat global, serta 97% di wilayah Asia Pasifik, mengaku bahwa Generative AI telah berkontribusi secara signifikan dalam memperbaiki efisiensi dan performa bisnis mereka.

Responden pun menyebutkan bahwa kecerdasan buatan generasional terbukti paling banyak digunakan dalam hal manajemen rantai suplai dan stok, pengelolaan informasi, kontrol kualitas, penyusunan penemuan dan perkembangan teknologi, serta otonomi prosedur.

Meskipun demikian, hanya 41% responden yang merasa percaya diri dengan kemampuan mereka dalam menyediakan ruang penyimpanan dan proses data yang memadai untuk menopang pekerjaan GenAI. Di samping itu, sebanyak 92% responden setuju bahwa infrastruktur dan teknologi lawas tetap menjadi hambatan terbesar bagi perkembangan proyek-proyek berbasis kecerdasan buatan.

“Kecerdasan Buatan saat ini telah menyederhanakan berbagai proses serta merombak batasan dalam setiap tahap rantai nilai industri manufaktur, mulai dari ramalan supply chain hingga pengendalian kualitas,” ungkap Prasoon Saxena, Co-Lead Produk Industri di NTT DATA, Inc. Akan tetapi, Prasoon menekankan bahwa jika tidak ada perencanaan dan strategi yang tepat, Kecerdasan Buatan Generatif malah dapat menciptakan lebih banyak tantangan.

Integrasi teknologi penunjang seperti Internet of Things (IoT) serta digital twin diproyeksikan mampu mengoptimalkan performa dari Generative Artificial Intelligence (GenAI). Dari jumlah responden yang disurvei, sekitar 94% percaya bahwa penyatuan data IoT akan membantu meningkatkan keakuratan output AI, sementara itu 91% lainnya yakin gabungan antara konsep digital twin dengan GenAI bakal menambah ketahanan dalam jaringan supply chain.

Namun, persiapan tenaga kerja menjadi tantangan terpisah. Dua pertiga responden di sektor industri mengungkapkan bahwa pekerja mereka belum memiliki keahlian yang mencukupi untuk menggunakan GenAI dengan efisien. Lebih jauh lagi, baru 47% dari para pemimpin di bidang manufaktur yang percaya kalau perusahaan mereka telah memiliki panduan etika yang solid guna menjembatani antara risiko dan pembuatan nilai melalui penerapan AI.

PT NTT DATA menyatakan bahwa badan usaha yang berhasil adalah mereka yang sudah memadukan teknologi Generative Artificial Intelligence (GenAI) ke dalam aktivitas utama perusahaan serta diperkuat dengan taktik pelaksanaan yang rinci. Jika hal ini tak dilakukan, daya dorot GenAI dalam merombak sektor produksi barang tidak dapat dicapai sepenuhnya.

Related posts